Ceita ini
berdasarkan pengalaman pribadi anak dari famili. Ibunya menceritakan
bahwa ia seringkali dipanggil oleh wali kelasnya di sekolah, karena
tingkah anaknya. Anak itu tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan
gurunya, membuang pensil, melempar buku. Kalau bermain teman-temannya
tidak ada yang mengganggu, tapi dia yang mengganggu duluan dan
merebut apa yang dipegang temannya. Kalau berebut sesuatu temannya
seringkali menangis karena dia sering mukul. Dia diberi label “anak
nakal”.
Setelah dibawa ke
psikolog dan dianalisis ternyata anak belajar dari orangtuanya yang
meledak-ledak saat marah, kurang perhatian sehingga kecenderungannya
ingin diperhatikan dengan berbagai macam perilaku.
Solusi yang mungkin
diberikan:
1. Komunikasi dari
hati ke hati dengan metode yang nyaman bagi anak.
2. Gali apa yang
menjadi keinginannya dan apa harapannya.
3. Komunikasi
bersama orangtua, gali mengenai kebiasaan orangtua, pola asuh dan
pengendalian konflik dalam keluarga.
4. Harus memiliki
wali kelas yang ekstra sabar yang mampu melakukan pendekatan pada
anak dan memotivasi kepada sikap dan perilaku baik.
5. Beri anaksedikit
tanggungjawab pada hal yang mampu dan disukainya.
6. Kalau sudah melewati batas kewajaran anjurkan siswa tersebut ke sekolah luar biasa.. karena siswa tersebut butuh perhatian khusus, dibimbing secara khusus bukan klasikal.
6. Kalau sudah melewati batas kewajaran anjurkan siswa tersebut ke sekolah luar biasa.. karena siswa tersebut butuh perhatian khusus, dibimbing secara khusus bukan klasikal.
7. Berikan
limpahan kasih dan banyak pelukan. Kasih sayang yang benar2 kasih
sayang dari hati.
8. Do’a. Doa orangtua akan selalu di dengar Tuhan , selalu do’akan kebaikan untuknya khususnya dan anak2 yang lain.
8. Do’a. Doa orangtua akan selalu di dengar Tuhan , selalu do’akan kebaikan untuknya khususnya dan anak2 yang lain.
Komentar
Posting Komentar